DZIKIR-DZIKIR SPESIAL
1.
سُبْحَانَ الله / Subhanallah / Maha Suci-lah Allah; الحَمْدُ لِله
/ Al-hamdu lillah / Segala puji bagi Allah; لاَ إلهَ إلأَّ الله / Laa ilaaha
illallah / Tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah; الله أَكْبَرُ /
Allahu Akbar / Allah Maha Besar. Empat serangkai lafal dzikir ma’tsur
tersingkat namun sekaligus teristimewa, inilah yang harus selalu mengisi hati
sekaligus membasahi lesan setiap muslim dan muslimah, dalam keseharian
masing-masing. Baik untuk dibaca sendiri-sendiri secara terpisah, maupun dengan
cara digabung.
Dari Abu Dzar ra. bahwa, beberapa orang sahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam pernah bertanya kepada Beliau, “Wahai Rasulullah, orang-orang
kaya telah menguasai dan mendominasi seluruh pahala. Mereka shalat seperti kami
(yang miskin) juga shalat dan puasa seperti kami puasa. Namun (selain itu)
mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sementara kami tidak
bisa)” Maka Beliau pun bersabda: “Bukankah Allah telah menjadikan berbagai
macam cara bagi kalian agar juga bisa bersedekah (seperti mereka)? Setiap lafal
tasbih adalah sedekah, setiap lafal takbir adalah sedekah, setiap lafal tahmid
adalah sedekah, setiap lafal tahlil adalah sedekah…” (HR. Muslim).
Dan dari Abu Hurairah berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam telah bersabda: ‘Sesungguhnya membaca dzikir: Subhaanallah, al-hamdu
lillah, laa ilaaha illallah, dan Allahu akbar, adalah lebih aku sukai daripada
segala sesuatu yang terkena oleh sinar matahari.(maksudnya bumi dan seluruh
isinya)” (HR. Muslim).
2.
سُبْحَانَ الله وَبِحَمْدِهِ “Subhaanallahi wa bihamdih”(Maha
Suci Allah, dan Maha Terpuji-lah Dia).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, barangsiapa membaca dzikir ini dalam sehari 100 x, maka akan terhapuslah dosa-dosanya, meskipun sebanyak buih lautan (HR. Muttafaq ’alaih).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, barangsiapa membaca dzikir ini dalam sehari 100 x, maka akan terhapuslah dosa-dosanya, meskipun sebanyak buih lautan (HR. Muttafaq ’alaih).
3.
سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ “Subhaanallahil-‘adziim” (Maha
Suci-lah Allah Yang Maha Agung).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, ada dua lafal dzikir yang ringan di lesan, namun berat dalam timbangan (di Akherat), dan sangat dicintai oleh Allah Dzat Pemberi rahmat, yaitu: Subhaanallahil-’Adziim, dan Subhaanallahi wa bihamdih.(HR. Muttafaq ’alaih).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, ada dua lafal dzikir yang ringan di lesan, namun berat dalam timbangan (di Akherat), dan sangat dicintai oleh Allah Dzat Pemberi rahmat, yaitu: Subhaanallahil-’Adziim, dan Subhaanallahi wa bihamdih.(HR. Muttafaq ’alaih).
4.
لّا إِلَهَ إِلاَّ أَنتَ، سُبْحَانَكَ، إِنِّي كُنتُ مِنَ
الظَّالِمِينَ “Laa ilaaha illaa Anta, subhaanaka, innii kuntu
minadz-dzaalimiin” (Tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Engkau. Maha
Suci-lah Engkau. (Aku mengakui) sesungguhnya aku termasuk golongan orang-orang
suka berlaku dzalim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang
artinya):“Doa Dzun-Nun (Nabi Yunus as.) yang dibaca saat berada di dalam perut
ikan ialah: “Laa ilaaha illaa Anta, subhanaka, inni kuntu minadz-dzalimiin”
(lihat: QS. (Lihat: QS. Al-Anbiyaa’: 87-88; dan lihat pula: QS. Ash-Shaaffaat:
139 – 148). Sesungguhnya tidak seorang muslimpun berdoa dengan wasilah lafal
dzikir tersebut dalam hal apapun, kecuali Allah akan mengabulkannya” (HR.
At-Tirmdzi dan lainnya dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash ra, dan dishahihkan
oleh Al-Albani).
5.
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا
نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ “Subhaanallahi wa bihamdihi,
‘adada khalqihi, wa ridhaa nafsihi, wa zinata ‘arsyihi, wa midaada kalimaatih”
(Maha Suci Allah, dan Maha Terpuji-lah Dia, sejumlah makhluk ciptaan-Nya,
setingkat ridha Diri-Nya, seberat ‘Arsy-Nya, dan sebanyak tinta Kalimat-kalimat-Nya”.
Dari Ummul Mukminin Juwairiyah ra. bahwa, sekali waktu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pernah pergi meninggalkan beliau
selepas shalat subuh, sementara beliau dalam posisi duduk di tempat shalat
beliau sambil terus berdzikir. Lalu saat kembali pada waktu dhuha (menjelang
dzuhur), ternyata Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam masih mendapati
beliau tetap duduk berdzikir seperti semula. Maka Rasulullah shallallahu
’alaihi wasallam pun bertanya: ”Apakah kamu tetap duduk begini sambil berdzikir
seperti saat aku tinggalkan bakda subuh tadi?”. Ummul Mukminin menjawab: Benar!
Lalu Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam melanjutkan sabda Beliau:
”Sesungguhnya, setelah meninggalkanmu tadi, Aku telah mengucapkan empat lafal
dzikir, sebanyak 3 x, yang bisa mengungguli seluruh dzikir yang kamu baca sejak
subuh hari ini, yakni: Subhaanallahi wa bihamdihi, ‘adada khalqihi, wa ridhaa
nafsihi, wa zinata ‘arsyihi, wa midaada kalimaatih” (HR. Muslim).
6.
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ
الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ “Laa ilaaha
ilIallaahu wahdahu, laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa Huwa ‘alaa
kulli syai-in qadiir’ (Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah,
satu-satu-Nya. Tiada sekutu bagi-Nya, Dia-lah Yang Memiliki seluruh kekuasaan
dan segala puji hanya milik-Nya. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
melafalkan dzikir Laa ilaaha ilIallaahu wahdahu, laa syariika lah, lahul mulku
wa lahul hamdu wa Huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir, dalam sehari seratus kali,
maka ia akan memperoleh pahala yang sama seperti orang yang memerdekakan
sepuluh orang budak, dicatatkan untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus
keburukan, dan dzikir tersebut akan menjadi pelindung dirinya dari
godaan/gangguan syetan sampai sore hari. Sementara itu tidak ada yang bisa
mengungguli pahalanya, kecuali orang yang membaca lebih banyak dari itu. Adapun
barangsiapa membaca dzikir Subhaanallaahi wa bihamdihi seratus kali dalam
sehari, maka dosa-dosanya akan dihapuskan, meskipun sebanyak buih lautan.” (HR.
Muttafaq ‘alaih).
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (yang
artinya): “Barangsiapa terbangun di tengah malam lalu membaca dzikir ini: Laa
ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa Huwa
‘alaa kulli syai-in qadiir. Alhamdu lillah, wa subhanallah, wa laa ilaaha
illallah, wallahu akbar, wa laa haula wa laa quwwata illaa billah (Tiada tuhan
yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu
bagi-Nya. Milik-Nya seluruh kerajaan/kekuasaan dan bagi-Nya segala puji. Dan
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Suci Allah. Tiada tuhan yang benar
kecuali Allah. Allah Maha Besar. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan
pertolongan Allah). Kemudian ia membaca istighfar: Allahummaghfirli (ya Allah
ampunkanlah daku), atau berdoa dengan doa apapun. (Barangsiapa yang membaca
dzikir tersebut lalu berdoa), maka doanya akan dikabulkan. Sedangkan yang lebih
semangat lagi, lalu berwudhu (dan shalat), maka shalatnya diterima” (QS.
Al-Bukhari).
7.
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ “Hasbunallahu wa ni’mal
wakiil” (Cukuplah Allah saja bagi kami, dan Dia-lah sebaik-baik penolong).
Kata sahabat Ibnu ‘Abbas ra bahwa, dzikir tawakkal inilah yang dibaca oleh Khalilullah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam saat dilemparkan ke dalam api raja Namrud. Begitu pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat Beliau membacanya saat dikepung oleh musuh dari berbagai penjuru (lihat QS. Ali ‘Imraan: 173, dan HR. Al-Bukhari).
Kata sahabat Ibnu ‘Abbas ra bahwa, dzikir tawakkal inilah yang dibaca oleh Khalilullah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam saat dilemparkan ke dalam api raja Namrud. Begitu pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat Beliau membacanya saat dikepung oleh musuh dari berbagai penjuru (lihat QS. Ali ‘Imraan: 173, dan HR. Al-Bukhari).
8.
حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ،
وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ “Hasbiyallahu laa ilaaha illaa Huwa, ‘alaihi
tawakkaltu, wa Huwa Rabbul’arsyil kariim” (Cukuplah bagiku Allah saja, tiada
tuhan yang berhak diibadahi selain Dia, aku bertawakkal kepada-Nya, dan Dia
adalah Tuhan Pemilik al-‘arasy yang agung).
Dalam hadits bahwa, siapa membaca lafal dzikir tawakkal yang bersumber dari Al-Qur’an ini (QS. At-Taubah: 129), sebanyak 7x pada pagi dan petang hari, maka Allah akan mencukupkan dan melepaskannya dari hal-hal yang menggundahkannya” (HR. Abu Dawud dan lainnya serta dishahihkan oleh Al-Albani).
Dalam hadits bahwa, siapa membaca lafal dzikir tawakkal yang bersumber dari Al-Qur’an ini (QS. At-Taubah: 129), sebanyak 7x pada pagi dan petang hari, maka Allah akan mencukupkan dan melepaskannya dari hal-hal yang menggundahkannya” (HR. Abu Dawud dan lainnya serta dishahihkan oleh Al-Albani).
9.
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ “Laa haula wa laa
quwwata illaa billah” (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan)
Allah”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, lafal dzikir istimewa yang juga bermakna dan beresensi tawakkal ini, merupakan salah satu perbendaharaan dan pintu Surga (HR. Muttafaq ‘alaih dari Abu Musa Al-Asy’ari ra.).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, lafal dzikir istimewa yang juga bermakna dan beresensi tawakkal ini, merupakan salah satu perbendaharaan dan pintu Surga (HR. Muttafaq ‘alaih dari Abu Musa Al-Asy’ari ra.).
10.
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي
الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم “Bismillahil-ladzi
laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil-ardhi walaa fis-samaa-i, wa Huwas-Samii’ul
‘Aliim” (Dengan Nama Allah, yang dengan Nama-Nya tidak akan ada sesuatupun di
bumi dan di langit, yang bisa memberi madharat. Dan Dia-lah Dzat Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui).
Di dalam hadits bahwa, barangsiapa membaca lafal dzikir ini 3 x setiap pagi dan petang hari, maka tidak akan ada sesuatupun yang memadharatkannya (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, An-Nasaa-i dalam ‘Amal-al-yaum wal-lailah, dan lain-lain).
Di dalam hadits bahwa, barangsiapa membaca lafal dzikir ini 3 x setiap pagi dan petang hari, maka tidak akan ada sesuatupun yang memadharatkannya (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, An-Nasaa-i dalam ‘Amal-al-yaum wal-lailah, dan lain-lain).
terima kasih..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih, jazakillah khoiron katsiro
BalasHapusTrimkasih banyak ilmunya
BalasHapus